SEJARAH SINGKAT Desa Linggajati
Juni 21, 2012
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya kepada Allah
Swt. Seru sekalian alam.
Sebagai ungkapan rasa hamdu
kepada dzat Illahi Robbi dari penulis atas tersusunnya Riwayat Singkat Desa
Linggajati ini yang walaupun kami susun secara singkat, namun mudah-mudahan
dapat memenuhi beberapa kebutuhan yang antara lain:
a.
Sebagai bukti fisik langkah kerja Penilik Kebudayaan
dalam mewujudkan garapan penggalaian, pembinaan dan pelestarian Sejarah dan
Nilai-nilai Tradisional ( Jerahnitra).
b.
Terinventarisirnya data peninggalan sejarah yang sangat
erat kaitannya dengan perjuangan dan Pembangunan Nasional.
c.
Dengan gambaran sejarah atau riwayat setiap daerah,
dapat memberi motivasi terhadap Generasi Muda sebagai generasi penerus untuk
memetik nilai-nilai luhur para pendahulu untuk diteladani, dan dijadikan tolak
ukur di dalam perjuangan mengisi kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang
kita cintai ini.
Walau dengan susah payah kami
menyususn dan mencari data Riwayat Desa Linggajati ini, namun akhirnya dengan
berbagai upaya dan langkah pendekatan kepada berbagai pihak. Akhirnya
Alhamdulillah kami bersyukur kepada khadirat Allah Robbi, kami berhasil yang
kalau boleh buku ini kami beri nama : Buku Riwayat Singkat Desa Linggajati.
Pada kesempatan ini pula
izinkanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepda pihak yang terkait antara lain :
1.
Kepada KAKANDEP DIKBUDCA Cilimus, Kabupaten kuningan.
2.
Kepada para sesepuh Desa Linggajati yang telah memberi
petunjuk kepada kami termasuk keluarga besar Almarhum Bpk. E Subandi (MAntan
Pemilik Kenudayaan Kandep Dikbudcam Cilimus).
3.
Kepada para tokoh masyarakat lainnya yang telah
menyatakan dorongan moril dan materil.
Mudah-mudahan atas jasanya
yang bermanfaat ini mendapat imbalan
yang berlipat ganda dari Allah Swt, Amien. Sudah merupakan hal yang pasti di
dalam penulisan Riwayat Singkat Desa Linggajati ini akan mendapat berbagai
kekurangan dan kekeliruan yang barangkali merupakan kewajiban kita bersama
untuk memperbaiki dan melengkapinya.
Oleh sebab itu kami sangat bergembira
dan mengucapkan terima kasih atas saran, pendapatnya sehingga dapat mengarah
kepada upaya Penyempurnaan Riwayat ini. Akhirnya semoga Allah Swt, selalu
melindungi kita semua. Amien.
Cilimus, 1 April 1995
Penilik Kebudayaan Kandep
Dibudcam Cilimus
(A.
Maksum Tris)
NIP. 180026514
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
I.
Pendahuluan
A.
Wawasan
B.
Kondisi Wilayah
II.
Riwayat Singkat Desa Linggajati
A.
Riwayat Nama Desa Linggajati
B.
Sasakala beberapa nama
C.
Benda peninggalan sejarah
D.
Nama Kuwu/ Kepala Desa Yang memerintah Di Desa Linggajati
1.
Sebelum ada pemerintahan Desa
2.
Sesudah ada pemerintahan Desa
III. Penutup
Lampiran : Foto benda peninggalan
sejarah
I.
Pendahuluan
A.
Wawasan
Kalau kita perhatiakn secara
seksama dengan menoleh sejenak melihat beberapa bukti nyata dilingkungan tempat
kita tinggal, maka akan terungkap beberapa bukti peninggalan sejarah yang kalau
kita perkirakan, ini semua pernah terjadi pada kira-kira Abad ke 15 Masehi
bahwa para tokoh/ pejuang penyebar agama islam sangat meperhatikan daerah subur,
berpotensi tinggi strategis sebagai modal perjuangannya. Daerah yang terutama
sebagai sumber air pada waktu itu hamper seluruhnya dikuasai oleh kesultanan cirebon seperti : Lokasi
Talaga Remis, Balong Linggajati, Cibulan, Cigugur, SangkanUrip, Darmaloka, dsb.
Jelaslah bagi kita semua dianggap
tempat starategi sebagai modal para wali didalam upaya penyebaran dan
mengembangkan agama islam, karena tempat seperti tersebut diatas selain air
sebagai alat bersuci juga pasti disekitarnya merupaka areal yang subur pertanian
dan ditempat-tempat itu pulalah para wali menugaskan utusannya untuk
mempertahankan daerahnya.
B.
Kondisi Wilayah
Desa Linggajati adalah 1 dari 24
desa yang berada di kecamata Cilimus, Kabupaten DT II Kuningan. Desa Linggajati
letaknya 3 Km jarak tempuh dari ibukota kecamatan/ kewadanaan Cilimus dan
mempunyai ketinggian kira-kira 500 m dari permukaan laut jawa. Sebagai mana
terungkap pada penjelasan diatas, bahwa Desa Linggajati sebagai daerah yang
berpotensi tinggi terutama sebagai daerah sumber air yang tentu saja semikian
jelas merupakan daerah subur dan agraris. Disamping keadaan tanahnya yang
agraris yang juga memilki kondisi daerah artistic, sehingga tepat oleh para
investor dibangun sebagai daerah obyek wisata yang indah juga sebagai tempat yang
bersejarah pada saat jaman penjajah Belanda, sangat terkenal baik secara
nasional maupun didunia Internasional. Tepatnya desa Linggajati terletak
dibatasi :
-
sebelah Timur berbatsan dengan Desa Bojong yang dilalui
jalan raya cirebon
– tasikmalaya-bandung
-
sebelah utara berbatsan dengan Desa Setianegara, yang
sama-sama didaerah pegunungan kaki Gunung Ciremai.
-
Dari sebelah barat dibatasi oleh Gunung Ciremai, Gunung
tertinggi di Jawa Barat
-
Dan dari sebelah selatan Desa Linggajati berbatasan
dengan Desa Linggasana yang kemungkinan besar meiliki sejarah yang sejajar
dengan sejarah atau Riwayat Desa Linggajati
II.
Riwayat Singkat Desa Linggajati
A.
Riwayat nama Desa Linggasana
Sebagaimana dimaklumi bersama
bahwa selain terkenal secara nasional, Desa Linggajati juga terkenal didunia
internasional sebagai Desa tempat perundingan pemerintah Belanda dengan
Pemerintah Indonesia untuk berdaulat dan Negara Indonesia yang Demokratis,
melalui persetujuan Linggajati yang berlangsung dari tanggal 10 november 1946
sampai dengan tanggal 15 november 1946. secara apesipik Desa Linggajti
mempunyai Riwayat Khusus yang dimulai kira-kira abad ke 15 masehi. Yaitu pada
saat para wali berjuang menyeberkan agama islam dan melawan warga Negara Indonesia
yang pada saat itu beragama budha. Alkisah para wali pada saat itu akan
menyelenggarakan musyawarah dalam rangka mengatur pengembangan Agama Islam
(Agama Sejati) dan hal ini sepakat akan dilaksanakan disebelah timur kaki g
Ciremai yang pada saat itu masih diberinama Gunung Gede. Beberapa nama Desa
yang berada di lembar Gunung Gede pada saat itu antara laim :
- sebelah selatan
:
1.
Desa Rangda Midang
2.
Desa Parigi
3.
Desa Copong koneng
4.
Desa Cibunar
-
Sebelah Utara :
1.
Desa Tarikolot
2.
Desa Sembawa
3.
Desa Japara
4.
Desa Depok Lemo
Rencana akan diselenggarakannya
musyawarah wali Songo, nampaknya didengar oleh para kuwu/ kepala desa yang
berada disekitar Gunung Gede dan tentu saja mengajukan mereka, sedangkan mereka
yang menganut agama budha tidak menerima hadirnya agama islam, disamping tidak
menerima hadirnya ajaran islam, sebenarnya mereka merasa takut oleh kesaktian
para wali, dan serempak mereka melarikan diri meninggalankan Desa masing-masing
untuk bersembunyi. Mendengar berita larinya para kuwu disekitar Gunung Gede,
para wali sangat murka dan dikutuklah para kuwu oleh para wali, sehingga mereka
berubah wujud antara lain ada yang menjadi batu, binatang da mati merkayangan.
Hal tersebut diatas tidak
menghalangi rencana diselenggarakannya musyawarah para wali dan para Wali pun
semua menuju G. Gede dengan kesaktiannya masing-masing, mereka berangkat yang
menurut cerita ada yang angina, naik mega dll.
Gusti Sinuhun Sunan Gunungjati
berangkat sendiri karena di tinggalkan oleh 8 wali lainnya, namun walaupun
demikian akhirnya beliau dating lebih dulu dari para Wali lainnya.
Gusti Sinuhun Sunan Gunungjati
tanpa diketahui 8 wali lainnya datang di tempat yang dituju, namun sebelum
lanjut ke G.Gede, beliau beristirah di suatu daerah yang sekarang bernama
Linggajati, tepatnya beliau beristirahat diatas batu yang sampai sekarang batu
tersebut masih ada di sebelah selatan komplek Balai Desa Linggajati. Setelah
itu Sinuhun Sunan Gunungjati “Linggar” (Berangkat) menuju puncak Gunung Gede.
Sesampainya di pertengahan G.
gede, sinuhun Sunan Gunungjati duduk (lingga = linggih) diatas sebuah batu yang
sekarang diberi nama Batu Lingga.
Pada saat 8 wali lainnya tiba ke
tempat itu, Gusti Sinuhun mengucapakan kalimat : “ Assalamu’alaekum Ya
Walilullah”. Mendngar ucapan Gusti Sinuhun Gunungjati, 8 wali kaget dan merasa
malu, karena berangkat mendahului namun datang didahului. Namun akhirnya mereka
menghadap dan langsung bersama-sama bersemedi mengarah ke barat, memohon kepada
Allah agar “kawah” Gunung Gede permukaannya sama dengan tempat yang mereka
duduki. Nampaknya doa para wali sangat terkabul dan setelah itu dilanjutkan
dengan acara musyawarah, bertempat di puncak Gunung Gede.
Mereka bermusyawarah untuk
sepakat menyebarkan ajaran agama islam yang merupakan ilmu sejati ke semua
penjuru terutama di bumi Indonesia.
Di dalam musyawarah mereka
membentuk susunan pengurus dengan susunan sebagai berikut:
1.
Sunan Bonang :
Ketua
2.
Sunan Gunungjati :
Hakim/Imam
3.
Sunan Kalijaga :
Penghubung
4.
Sunan Kudus :
Patih
5.
Syeh Maolana Magribi :
Jaksa
6.
Syeh Bentong :
Anggota
7.
Syeh Majagung :
Anggota
8.
Sunan Giri :
Anggota
9.
Syeh Lemah Abang :
Anggota
Menurut cerita mereka membuat
kesepakatan dalam musyawarahnya untuk seirama, sependapat dan satu langkah di
dalam menyebarkan ajaran Agama Islam dan Ilmu Sejati. Namun seorang di antara
mereka ada yang tidak sependapat seolah-olah menentang kepeutusan bersama,
yaitu ; Syeh Lemah Abang.
Setelah mereka membuat keputusan,
selanjutnya mereka turun gunung menuju desa linggajati dan setelah beristirahat
mereka melanjutkan perjalanannya menuju Cirebon, yaitu ke Sunyaragi dan setelah
itu mereka ke Argasunya.
B.
Sasakala beberapa nama
1.
Gunung Cereme
Gunung gede tempat
bermusyawarahnya para wali, kemungkinan nama tersebut hanya karena kita maklumi
bahwa Gunung terbesar dan tertinggi di jawa barat hingga di beri nama Gunung
Gede selanjutnya G. Gede diberi nama Gunung Cereme berasal dari kata
“pecereman” yang artinya “ Perundingan/musyawarah para wali. Oleh orang belanda gunung cereme di sebut
gunung ciremai.
2.
Linggajati
Kata Linggajati adalah sebuah
nama yang lahir karena perjalanan Sunan Gunungjati beserta 8 wali lainnya yang
kalau kita perhatikan sampai sekarang nama tersebut masih dalam penelitian para
ahli sejarah dan arkeolog.
Nama Linggajati kadang-kadang
istilah tersebut juga tidak dihiraukan, seperti oleh orang sekitar disebut
Linggajati namun didalam naskah perundingan antara Pemerintah Indonesia dengan Belanda tercantum
Perundingan Linggarjati.
Beberapa pendapat dan arti
tentang desa linggajati. Antara lain :
a.
Pendapat Sunan Kalijaga :
Disebut LINGGAJATI dengan alas an
sebagai tempat linggih (lingga) Gusti Sunan Gunungjati.
b.
Pendapat Sunan Bonang :
Diberi nama LINGGARJATI mempunyai
alas an bahwa sebelum Sunan Gunungjati sampai ke puncak G. gede, beliau Linggar
(Berangkat) meninggalakan tempat setelah beristirahat dan bermusyawarah tanpa
mengendarai kendaraan menggunakan ilmu sejati.
c.
Pendapat Syeh Maolani Magribi :
Desa itu diberi nama LINGARJATI,
mempunyai arti tempat “ Penyiaran Ilmu Sejati”.
d.
Pendapat Sunan Kudus :
Disebut LINGAJATI berarti “
nalingakeun Ilmu sejati “ karena justru di tempat inilah mereka bermusyawarah
dan menjaga rahasia Ilmu Sejati jangan sampai diketahui orang banyak.
C.
Benda Peninggalan Sejarah
Dengan sangat sulit mendapat
informasi yang jelas penulis mencoba mendata beberapa benda kuno sebagai peninggalan
sejarah/ riwayat desa linggajati. Namun walaupun demikian sebagai bahan untuk
dilengkapi identitasnya kami dapati benda peninggalan antara lain :
1.
Balairung
Sebuah bangunan kuno yang
dibentuk oleh empat tiang kayu jati berukiran sederhana dan di dalam bangunan
tersebut terdapat :
a.
Dogdog dengan ukuran panjang kira-kira 2 m dan
lingkaran garis tengah 0,.5 m nampaknya digunakan sebagai alat untuk memanggil
warga untuk berkumpul pada waktu itu.
b.
Keris dan tombak.
c.
Peti kayu yang sudutnya dilapisi logam berukir.
2.
Batu
Ada dua tempat batu bersejarah yang
kemungkinan dipakai tempat duduk para wali pada saat beristirahat dan
bermusyawarah, yaitu :
a.
Batu yang berada dilokasi sebelah selatan bangunan
Gedung Balai Desa sekarang.
b.
Batu Lingga yang berada di pertengahan jalan menuju
puncak G. Ciremai
3.
Lisung dan Jubleg
Selain bebda-benda tersebut di
atas kami dapati lisung terbuat dari kayu nangka dan jubleg batu yang
diperkirakan dibuat dan digunakan pada zaman pemerintahan para kuwu desa
linggajati waktu itu
4.
Balong Linggajati
Adanya Balong Linggajati yang
sekarang dibangun sebagai tempat obyek wisata kemungkinan besar erat kaitannya
dengan Riwayat Desa Linggajati. Hal ini menjadi beban kita bersama untuk
mencari informasi untuk mencari riwayat ini agar tampak legenda ini lebih jelas
dan bermakna.
D.
Nama kuwu/ Kepala Desa yang memerintah di Desa
Linggajati.
a.
Sebelum ada Pemerintahan Desa :
1.
Sunan Bonang.
2.
Sunan Ampel Denta (putra Sunan Bonang)
3.
Pangeran Panji Kusumadiningrat (Tajirbuntu)
4.
Pangeran Suryadilaga
5.
Pangeran Lingga Kusuma Yuda
b.
Setelah ada pemerintahan Desa :
1.
Pangeran Lurah Gede (Kusumajati)
2.
Ardiwidjaya
3.
Tirtawidjaya
4.
Pangeran Demang Mangku Yuda
5.
Kuda Semangka
6.
Pangeran Muka Giri
7.
Niti Arga
8.
Sura Perguk
9.
Niti Maindra
10. Jurang
Terbis
11. Jurang
Sumengka
12. Raksa
Sumiru
13. Kerta
Sumiru
14. Jurang
Karoban
15. Jurang
Plawira
16. Surangga
Tegi
17. Sindu
Priatna
18. Palanggamerta
19. Linggapraja
20. Demang
Ege
21. Raksa
Perwata
22. Giri
Pergalba (Erning Praja)
23. Kertadiwangsa
24. Kertadidjaya
25. Sura
Dimerta
26. Wiradinata
27. Arsawidjaya
28. Suradidjaya
29. Suraatmaja
30. Argasasmita
31. Plawirasastra
32. Sastraperwata
33. Dulpakar
34. Eno
Usnadi
35. Nono
sudono
36. Lili
Somali
37. Unang
Unarsan
III. Penutup
Demikianlah Riwayat atau Sejarah
Singkat Desa Linggajati yang dapat kami ungkapkan secara sederhana, namun
mudah-mudahan sebagaimana kami utarakan pada Kata Pengantar, bahwa catatan ini
sedikitnya bermanfaat bagi kita sekalian hingga kita tidak telalu timbul
keraguan terutama bagi generasi penerus. Secara terus terang bahwa Riwayat ini
masih perlu disempurnakan dan dilengkapi oleh data atau dokumentasi yang jelas.
Untuk sedikitnya memperjelas
Riwayat ini kami ingin melampirkan photo/ gambar benda-benda sebagai pelengkap
data.
Akhirnya kami dari jajaran Kantor
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Cilimus berharap dapat memaklumi
dan memaafkan segala kehilapan kami.
Kami berprinsif “ Tak Ada Rotan
Kayu Pun Jadi”, mudah-mudahan catatan ini dapat menjadi pedoman dan tuntunan
bersama untuk memberi andil selanjutnya sebagai bukti pertisipasi aktif di
dalam mengisi era kemerdekaan.
Hanya Allah Swt. Yang Maha Tahu
akan segalanya dan hanya kepadaNyalah kita memohon perlindungan.
Semoga Allah Swt. Memberkati
kita, Amien!
Cilimus, Penilik Kebudayaan
Kandep Dikbudcam Cilimus